Suara.com - Keluar dari grup dangdut Tiga Macan membuat Dewi Sanca makin dikenal publik. Selama bersolo karier aksi panggungnya bisa dibilang tak biasa, yakni menggunakan ular.
Dewi bahkan pernah memiliki ular lebih dari 100 ekor. Tapi, karena banyak yang terurus, dia menjualnya sedikit demi sedikit.
Ingin tahu lebih lengkap kisah Dewi dan ular-ularnya, berikut wawancaranya:
Sekarang Anda masih menggunakan ular saat beraksi di panggung?
Ya tergantung request. Kalau pihak yang undang bilang, Dewi jangan bawa ular ya, aku nggak bawa. Tapi kalau disuruh bawa ya bawa tapi memang harganya beda.
Memang biasanya berapa harganya?
Kayak kemarin kampanye di Kalimantan Tengah di Buntok satu titik saja 35 (juta) kalau dapat dua titik sudah Alhamdulillah.
Ngomong-ngomong jenis ular yang sering dibawa apa saja?
Banyak jenisnya tapi paling banyak King Kobra, pernah apa lagi ya. Aku tadinya banyak pelihara ular cuma karena aku banyak job off air luar kota ya nggak keurus akhirnya cuma punya beberapa nggak lebih dari 10. Kalau dulu aku punya sampai 100 kan.
Apa saja jenis dari 100 ekor itu?
Albino, Sanca, Red tailed racer yang jenisnya sama kayak yang pernah makan orang di Sulawesi yang tujuh meter itu.
Berapa biaya yang Anda habiskan untuk perawatan ular?
Kalau dulu waktu masih pelihara sekitar 100, kurang lebih Rp15-20 (juta) deh. Karena untuk makannya tikus putih kalau yang lima meter makannya banyak kalau nggak ya ayam. Kan saya nggak mungkin kasih tikus got mbak. Doyan sih, tapi baunya jorok. Sama saja kayak manusia apa yang kita makan ya lari ke badan, keringet. Kalau sekarang ya di bawah itu.
Anda urus sendiri 100 ekor ular itu?
Iya sempat. Tapi dibantu orang juga.
Bagaimana awalnya sampai Dewi Sanca suka manggung pakai ular?
Tadinya nggak suka, aku menyimak, meneliti dan mengamati. Aku lihat orang Indonesia itu semakin aneh semakin dikenal, semakin nyeleneh semakin dikenal gitu kan. Akhirnya ah mau manggung sama ular ah. Nah, mau nggak mau harus mencintai pekerjaan kalau nggak segala pekerjaan kan kerjanya nggak enak.
Pawang ular juga diajak ketika manggung?
Ada sih, bukan pawang. Apa sih, namanya aku kan punya perkumpulan reptile namanya Matrix (Mamalia dan Reptil Exotic). Aku bawa tim dan teman. Ada yang jagain karena kan aku pakai King Cobra juga.
Anda tidak takut digigit saat manggung bersama ular?
Nggak sih. Kan, aku bukan merasa diriku jago sih tapi kan kayak gitu dilakukan oleh orang-orang profesional dalam artian pro di bidangnya. Aku belajar dari 2006 sampai 2017, 11 tahun lho mbak.
Tapi pernah ada pengalaman digigit ular saat manggung?
Alhamdulilah sih belum pernah amit-amit jabang bayi, jangan sampai, selama aku live atau off air belum pernah sih kegigit sama sekali.
Bukan lagi pas manggung kepatuk. Lebih lagi mandikan dia, ngurus dia. Pernah kegigit. Sering, tapi paling pas lagi mandikan saja. Namanya binatang itu kan kita nggak tahu moodnya. Uler kayak Sanca gitu kalau ganti kulit galak kan.
Ada ular yang suka diajak ngomong atau curhat?
Ada tapi sudah mati mbak. Bukan (yang mati dikubur) Itu mah pas lagi di Bangka. Itu aku King Kobra. Pertama kali beli kan terus itu memang diciumnya gampang, nurut meskipun aku sempat kegigit sama dia cuma nggak trauma. Ada yang aku kasih nama Boboho, dia Sanca suka tidur. Buat lucu-lucuan saja.
No comments:
Post a Comment