Suara.com - Film bergenre komedi satir, Kenapa Harus Bule? siap tayang perdana di bioskop mulai 22 Maret 2017. Film garapan sutradara Andri Cung tersebut menyuguhkan cerita sesuai dengan realita kehidupan.
Kata Andri Cung, fenomena perempuan Indonesia terobsesi dinikahi orang bule baru kali ini berani diangkat ke layar lebar.
"Kita melihat orang tanpa mengenal dan cenderung menghakimi orang berdasarkan bentuk. Ada salah satu teman yang menginspirasi cerita ini. Dan fenomena perempuan ngejar bule semacam ini belum pernah diangkat ke film," ujar Andri Cung, dalam jumpa media di Plaza Indonesia, Jakarta Pusat, Kamis (15/3/2018).
Nia Dinata selaku produser film Kenapa Harus Bule? menambahkan, film ini bakal fokus menonjolkan perjuangan perempuan dalam memacari laki-laki bule. Meskipun begitu, Nia Dinata menjanjikan bakal banyak menghadirkan kearifan lokal di dalam film.
"Kalau ngeluarin film yang karakter perempuan dan unik itu jadi tambahan untuk mengingatkan pejuang perempuan terdahulu. Buat aku itu keputusan bijaksana karena Andri cowok tapi sudut pandang kamera perempuan. Di zaman sekarang juga banyak perempuan seperti tokoh Pipin," terang Nia Dinata.
Sebagaimana diketahui, Kenapa Harus Bule? mengisahkan soal Pipin (Putri Ayudya) yang terobsesi dinikahi pria bule karena ingin memperbaiki keturunan. Selama perjalanan asmara, Pipin yang berkulit coklat, berkali-kali dikhianati oleh teman kencan bulenya termasuk Gianfranco Battaglia (Cornelio Sunny).
Usia Pipin yang hampir memasuki kepala tiga membuatnya semakin gencar mencari pendamping bule hingga akhirnya memutuskan menetap di Bali demi memuluskan rencananya. Di sana, ia pun dibantu oleh temannya, Arik (Michael Kho).
Pipin seakan dibutakan oleh pesona laki-laki bule. Padahal sebetulnya sudah ada Buyung (Natalius Chendana), teman kecil Pipin yang menaruh hati kepadanya sejak lama.
Yang pasti, Nia Dinata menekankan laki-laki lokal seperti Buyung menjadi bukti, orang Indonesia juga bisa lebih menarik ketimbang bule.
"Laki-laki Indonesia itu sebenarnya sangat lembut dan gentlemen seperti Buyung. Itu nilai budaya lokal laki Indonesia yang udah dilupakan. Padahal laki Indonesia menghormati dan menghargai perempuan. Kita harus mengangkat nilai lokal bahwa Buyung mewakili laki-laki Indonesia yang sangat gentlement," tutur Nia Dinata.
No comments:
Post a Comment