Suara.com - Setahun setelah dirilisnya album Mantra Mantra, penyanyi Kunto Aji merayakannya dengan menggelar konser Mantra Mantra Live++ pada 18 Desember 2019 di Hall Basket Senayan, Komplek Gelora Bung Karno, Jakarta.
Sukses dengan konser tersebut, Kunto Aji juga memberikan pengalaman konser yang berbeda dan istimewa di panggung Wafe of Tomorrow belum lama ini.
Kesehatan mental jadi isu yang dibawa di dalam konsernya. Kunto Aji selalu mengajak penonton menumpahkan emosinya seperti imbauannya yang selalu dihantarkan sebelum memulai beraksi di panggung.
"Satu pesan saya. Apapun yang kalian rasakan nanti, jangan dilawan. Saya akan menjaga kalian malam ini. Kita akan melukis rasa-rasa yang tidak menyenangkan, Mantra Mantra live," ujar Kunto Aji.
Usai manggung, Reporter Suara.com sempat mewawancarai Kunto Aji. Kami membahas aksinya di panggung yang berhasil bikin penonton berkesan.
Anda memang sengaja ya tiap kali manggung bikin suasana suram dan sedih gitu?
Saya kalau di atas panggung nggak tahu gimana selalu ngerasain suasananya. Sorrow, sedih, haru, itu kerasa. Dan saya mau nyalurin itu lewat musik dan visual, itu memang harus kawin, visual dan lampu itu mempercantik dan penonton bisa merasakan (emosi lagu) itu dengan baik.
Setiap manggung selalu dikonsepkan seperti itu?
Saya memang berusaha mensinergikan konsep musik, visual, juga penciuman. Semakin banyak indra yang digunakan itu semakin kena lagunya ke orang.
Tujuannya apa?
Sebenernya tujuan musik saya bukan cuma sekadar untuk menangis ya. Tapi kontemplasi. Kayak lagu Pilu Membiru itu seperti stage of grief (tahap kesedihan) seperti dalam ilmu psikologi.
Jadi, sebelum kita bisa mengikhlaskan kita harus ketemu dulu nih sama rasa sedihnya. Jangan lari, hadapin dulu, nangis dulu, habis itu baru bisa ikhlas. Jadi harapan saya semoga mereka (penonton/pendengar) bisa lanjut ke tahap keikhlasan. Bahwa lo nggak apa-apa sedih, nggak apa-apa nangis, karena itu sistem pertahanan kita buat tetep waras.
Music Video Pilu Membiru cukup bikin heboh. Anda sendiri punya pengalaman soal kehilangan?
Saya nggak akan bisa cerita detail tapi yang jelas setiap orang pasti pernah merasakan kehilangan. Anggota keluarga, sahabat, atau apa, dan nggak pernah mudah untuk siapapun sih. Jadi ya itu alasan saya menulis lagu Pilu Membiru, karena kita pasti ada di momen itu ketika kehilangan.
Berapa lama menyelesaikan lagu Pilu Membiru?
Sekitar sebulanan untuk menyelesaikan lirik. Yang paling penting dinamikanya, gimana bisa dapet sedihnya, gimana dapetin kontemplasinya dengan ada bagian lirik yang diulang-ulang di tengah, itu yang saya coba riset sederhana sedikit-sedikit.
Sebentar lagi 2020. Semua harapan sudah terwujud di 2019?
Alhamdulillah hampir semua keceklis sih. Tahun ini tahun yang luar biasa banget buat saya. Konser lancar, terus piala AMI, ya walau bukan target saya tapi alhamdulillah bisa megang piala AMI, itu udah melebihi target saya sih, udah gede banget.
Apa resolusi di 2020?
Doain mau bikin tur. Semoga lancar. Kemarin kalau teman-teman cek instagram saya, saya lagi survey pengin manggung ke kota ke dua atau ke tiga. Biasanya kan kalau manggung selalu Jakarta, Surabaya, kota besar. Jadi saya bikin survey ke temen-temen (followers instagram) kira-kira kota mana yang mau didatengin.
Maunya tur di mana saja?
Pengin tiba-tiba ke Banyuwangi, atau Cirebon atau Purwokerto atau mana lah yang ada pendengar musik saya juga.
Rencana 2020 konser itu terlaksana?
Bismillah semoga bisa, hahaha.
Sudah ada bayangan konsepnya seperti apa?
Konsepnya kemarin konser kan udah ada Mantra Mantra Live++ mungkin nanti plusnya dikurangi satu, hahaha bercanda. Yang jelas ada beberapa, karena kita berpikir resourcenya kan kalau di kota kedua ketiga kan nggak sebaik di Jakarta, mungkin ada beberapa hal yang nggak bisa disediakan, tapi yang jelas konsepnya akan berbeda dengan panggung biasa lah.
No comments:
Post a Comment